Laman

Minggu, 10 Juni 2012

Critical Review BNN Bantu Konseling YMK

Konseling adalah bagian yang integral dalam program pemulihan bagi klien ketergantungan narkoba. Konseling di rehabilitasi mempunyai tujuan membantu klien untuk belajar hidup tanpa drugs. Dalam proses rehabilitasi kebanyakan klien pecandu tidak bisa diharapkan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan mereka tidak mengetahui kelemahan dan kekuatan / kelebihan mereka sendiri. Sehingga diperlukanlah suatu bantuan guna membantu klien dalam proses pemulihannya, yaitu salah satunya dengan konseling.
Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yag berarti “dengan” atau ”bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari bahasa “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.
            Menurut Heru Mugiarso (2006) konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (yang disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah (disebut klien) kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang dihadapi oleh klien.
            Menurut Prayitno (2006, 105) konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konsling oleh seorang ahli (disebut) konselor kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.
            Jadi dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan bantuan non material yang dilakukan oleh dua pihak yaitu konselor dan klien, yang bersifat normative dan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan klien secara optimal.
Tujuan dari konseling itu sendiri adalah terjadinya perubahan pada tingkah laku klien. Konselor memusatkan perhatiannya kepada klien dengan mencurahkan segala daya dan upayanya demi perubahan pada diri klien, yaitu perubahan kearah yang lebih baik, teratasinya masalah yang dihadapi klien. Disini konseling digunakan sebagai sarana untuk membantu klien yang ketergantungan terhadap narkoba supaya bisa pulih kembali dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
Setiap individu mempunyai masalah yang berbeda. Masalah individu yang dibahas disini adalah ketergantungan individu terhadap narkoba. Masalah itu sendiri merupakan kesenjangan antara kondisi sekarang individu dengan apa yang diharapkan individu atau lingkungannya dan didalamnya terdapat hambatan untuk mencapai tujuan (Mappiare, 2006: 252) (dalam DYP Sugiharto dan Mulawarman). Masalah muncul sebgai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu sendiri maupun oleh lingkungannya.
Setiap orang yang menyalahgunakan narkoba pasti mereka memiliki alasan masing-masing sehingga mereka dapat terjebak masuk ke dalam perangkap narkoba. Beberapa faktor penyebab orang memakai narkoba adalah karena ketidak tahuan akan bahaya tersebut, dasar agama yang tidak kuat, komunikasi dua arah antara orang tua dan anak sangat jarang, pengaruh di lingkungan sekolah/kampus, karena modal gaul supaya kelihatannya percaya diri (pede) tidak mau kalah dengan orang lain dan pengaruh lingkungan, budaya global yang masuk via eletronik, media cetak.
Tapi narkoba bisa diatasi bila orang yang menggunakan narkoba tersebut sadar dan ingin kembali ke kehidupan normal dan tidak ketergantungan terhadap narkoba lagi. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan konseling. Konseling disini akan membantu klien dengan memberi kepercayaan kepada konseli untuk bertnggung jawab dan menyelesaikan segala masalah yang diatasi.
Pemulihan pecandu narkoba dapat ditangani dengan konseling terpadu yang terdiri dari konseling individual, konseling agama, konseling keluarga, konseling kelompok, pendidikan dan pelatihan, kunjungan, dan partisipasi sosial. Semua itu bertujuan agar klien terbebas dari dorongan kecanduan akibat mengkonsumsi narkoba.
Pemulihan pecandu narkoba dengan menggunakan konseling terpadu itu memungkinkan hasil-hasil sebagai berikut. Tumbuh pada diri klien perasaan percaya diri, tidak menyalahkan pihak luar, mengambil tanggung jawab atas perbuatan sendiri dengan sadar atas resikonya, mendapat penghargaan dari lingkungan sehingga tumbuh motivasi untuk hidup baik, merasa sebagai anggota masyarakat yang beragama, dan akhirnya tumbuh sifat kepemimpinan terhadap diri, keluarga, dan masyarakat dengan moral-religius yang baik.
Hal tersulit yang sering dihadapi oleh konselor saat konseling adalah sulitnya merubah perilaku pecandu yang berorientasi pada perilaku mencari narkoba. Sering kali mantan pecandu mengalami kekambuhan di tengah proses pemulihan. Faktor pencetus kekambuhan yang utama adalah rendahnya komitmen untuk pulih, yang tergantung pada kondisi psikologis dan kepribadian pecandu.
Dalam upaya optimalisasi potensi pecandu untuk pulih, peran konselor menjadi lebih luas. Selain sebagai terapis, seorang konselor dapat berperan sebagai psikolog; fasilitator; motivator; peneliti; penggagas dan bahkan evaluator program (penyembuhan, sosialisasi bahaya penggunaan narkoba, dan sebagainya). Dengan demikian, ruang lingkup pekerjaan konselor dalam penanggulangan penyalahgunaan narkoba menjadi sangat luas dan beragam. Dimulai dari tahapan penanggulangan (preventif), penanganan (treatment), rehabilitasi hingga pascaperawatan (after care).
Maka, sudah menjadi kebutuhan yang mendesak sekali jika para konselor di Indonesia dapat membuat suatu panduan untuk menangani permasalahan narkoba khususnya dalam setting pelayanan sosial yang terlembaga namun tetap berbasis komunitas. Selain itu, dipandang perlu suatu sistem yang mengatur tata kerja dan tata laksana pelayanan psikologi dan konseling di tempat terapi narkoba.
DAFTAR PUSTAKA
Mugiarso, Heru. 2006. Bimbingan dan Konseling. Semarang : UNNES Press.
Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Sugiharto dan Mulawarman. 2007. Buku Ajar Psikologi Konseling. Semarang : UNNES Press
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/25/konseling-pencandu-narkoba/ (Diunduh pada tanggal 16 Desember jam 12.00 WIB)
(Diunduh pada tanggal 16 Desember jam 12.00 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar